Semula
tempat waduk ini dipergunakan sebagai penampungan air. Saat musim kemarau air
di distribusikan untuk pengairan ribuan hektar sawah di wilayah Kecamatan
Bayat, Kecamatan Trucuk dan Kecamatan Cawas. Mulai Tahun 1990-an ada beberapa orang
penduduk setempat yang membangun warung apung dengan tujuan wisata kuliner.
Sekarang makin banyak bangunan diatas air hingga awal Tahun 2016 sudah mencapai
puluhan warung apung.
Rowo
Jombor adalah waduk yang berada di Desa Krakitan, Kecamatan Bayat, Kabupaten
Klaten, Jawa-Tengah. Waduk ini mempunyai tanggul yang melingkar sepanjang 7 Km.
Makin hari semakin ramai pengunjung. Wisatawan yang sekedar menikmati masakan,
memancing, keperluan rapat dan muda mudi untuk memadu kasih.
Keberadan
warung ini mendapat respon positif karena bisa menyerap tenaga kerja dan
meningkatkan taraf hidup masyarakat desa Krakitan dan sekitarnya. Namun
kesejahteraan masyarakat tidak sebanding dengan dampak negatif yang
ditimbulkannya.
Lingkungan
menjadi kotor, air tercemar dan ikan sulit berkembang karena pembuangan limbah
sisa masakan warung apung. Waduk menjadi dangkal akibat banyak limbah yang
dibuang ke waduk yakni plastik, kaca, kawat, bambu, seng dan alat-alat dapur
yang telah rusak.
Warung
apung tidak tertata rapi, karamba dan jaring nelayan berserakan membuat waduk
terlihat semrawut. Tumbuhan enceng gondok yang menutupi sebagian besar
permukaan air menambah keadaan semakin tidak nyaman di pandang. Perjalanan
tidak lagi lancar karena banyak bangunan liar dan permanen bermunculan di sisi
kanan-kiri tanggul.
Suara
musik dari warung apung terlalu keras sangat mengganggu lingkungan. Pada
saatnya umat Islam menjalankan ibadah sholat Dhuhur dan sholat Ashar musik
tidak dihentikan. Bahkan ada beberapa warung apung yang menyuguhkan hiburan penyanyi
perempuan dengan berpakaian tidak sopan dan membiarkan warung sebagai tempat
pesta miras. Risih rasanya berwisata karena Rowo Jombor sekarang tidak seindah
dulu.
Yang
lebih memprihatinkan banyak sepasang muda-mudi berpacaran tanpa rasa malu
ditempat terbuka. Keadaan ini bisa dilihat di pinggir-pinggir tanggul mulai
pagi hari hingga dini hari. Bahkan pernah ada seorang bapak paruh baya yang
maninggal didalam mobil yang diduga sedang berbuat mesum dengan pasangannya.
Hal ini bisa merusak mental anak-anak, karena sepanjang hari banyak wisatawan
berbagai umur yang datang khususnya anak-anak sekitar waduk.
Ironis
Desa Krakitan sebagai pusatnya kaum muslim atau serambi Mekahnya Klaten. Sebagai
desa wisata perlu membuat regulasi agar Desa Krakitan ini terbebas dari segala
perbuatan negatif. Instansi terkait dan masyarakat harus bisa mengembalikan
keadaan Rowo Jombor seperti semula. Pemilik warung harus mentaati aturan yang
sudah ada, wisatawan dilarang berbuat mesum, warung dan karamba ditata rapi
serta tumbuhan enceng gondok dibersihkan.
(Estib
Post-Jurnalis SMPN 3 Bayat, Klaten).
Wah mantap, tapi ini hasil pengelolaan siswa atau guru pak? Mantep, SMA N 1 Bayat aja kalah sama SMPN 2 BAYAT. Keren.
BalasHapusSiswa dibantu guru pembimbing Jurnalistik.
BalasHapusMaaf...yg bener ini SMPN 3 Bayat, bukan SMPN 2 Bayat.