Dalam
keterbatasan phisik, Irak Ismoyo sudah lebih dari 27 tahun tidak bisa berbuat
apa-apa. Lelaki yang masa kecil terkena penyakit polio tersebut sejak bayi
dirawat oleh kakeknya, karena Purwanti ibunya tidak mau merawatnya dan ayahnya
sudah 30 tahun lebih merantau ke Merauke tidak pernah kembali.
Disamping
invalid, Irat Prasetyo juga mengalami tuna rungu dan tidak bisa berbicara
dengan baik. Sehari-hari hanya bisa duduk dan tidur. Apabila ingin bangun,
kakeknya yang membangunkan, karena semua urat dan otot-otonya kaku terserang
penyakit polio. Bahkan Irak Ismoyo tidak memakai celana karena kakinya kaku.
Irat
Prasetyo yang lahir di Sumatra tersebut, tidak
pernah dikunjungi ibunya yang tinggal tidak jauh dari rumahnya di Desa Wiro,
Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten, Jawa-Tengah. Ayahnya yang kerja di Merauke
sudah 30 tahun tidak pulang ke desanya menjenguk anaknya dan belum pernah
memberikan biaya hidup untuk Irat Prasetyo. Semua biaya kebutuhan hidup
dipenuhi oleh kakek dan neneknya sebagai petani.
Pemerintah
Jepang melalui salah satu lembaga pernah memberikan bantuan kursi roda, namun
Irat tidak bisa menggunakannya. Menurut kakeknya, pemerintah Indonesia belum pernah memberikan bantuan apapun
“Pernah dapat bantuan kursi roda dari Jepang, tetapi kalau dari pemerintah Indonesia
belum pernah dapat bantuan dalam bentuk apapun” kata kakeknya Irat Prasetyo
kepada Tim Jurnalis Estib Post.
Pada
hari Sabtu14 Maret 2015 Estib Post (Jurnalis SMP Negeri 3 Bayat, Klaten)
melakukan peliputan dan memberikan bantuan sembako untuk Irat Prasetyo. Siswa
diterjunkan ke masyarakat sebagai implementasi kurikulum 2013 agar siswa-siswi
SMPN 3 Bayat mempunyai karakter yang kuat dan cerdas. Jurnalis Estib Post yang
terdiri dari siswa-siswi SMPN 3 Bayat ini dibina oleh Budi Cahyana, S.Si dan
Asim Sulistyo, S.Pd. Semoga kegiatan ini bisa memberikan inspirasi bagi
sekolah-sekolah yang lain.
(Estib
Post-Jurnalis SMPN 3 Bayat,Klaten)
0 komentar :
Posting Komentar