.quickedit{ display:none; }

Senin, 18 Maret 2013

Gerobak Sapi Kontes di Candi Plaosan Klaen

Gerobak sapi saat ikut kontes di Candi Plaosan, Klaten, Sabtu (2/3/2013). (JIBI/SOLOPOS/Moh Khodiq Duhri) KLATEN – Dahulu gerobak sapi digunakan sebagai sarana pengangkut aneka hasil bumi. Gerobak ini bisa ditarik oleh sapi-sapi yang memiliki punuk cukup besar dan menonjol. Umumnya, sapi jenis brahman sengaja dipilih karena bertenaga cukup kuat daripada jenis lain. Sebelum alat transportasi mesin menginvasi tanah air, gerobak sapi menjadi andalan bagi pedagang untuk menjajakkan dagangannya. Zaman kakek saya, gerobak sapi digunakan untuk mengangkut dagangan seperti gandum, gabah, ketela dari Klaten ke Jogja,” kenang Pramono, 50, pemilik gerobak sapi asal Desa Solodiran, Kecamatan Manisrenggo, Klaten, saat ditemui Solopos.com di Prambanan, Sabtu (2/3/2013). Bagi Pramono, gerobak sapi memiliki arti penting. Bukan hanya karena gerobak sapi merupakan salah satu sarana angkutan barang. Baginya, merawat gerobak sapi sama halnya menjaga tradisi yang diwariskan oleh nenek moyangnya. “Zaman dulu gerobak sapi itu masih memakai roda yang terbuat dari kayu. Sekarang gerobak sapi sebagian besar sudah menggunakan roda karet,” papar Pramono. Seiring perkembangan zaman, gerobak sapi tidak lagi menjadi sarana angkutan barang. Keberadaan gerobak sapi mulai terpinggirkan seiring datangnya aneka angkutan bertenaga mesin. Namun, kemajuan zaman saat ini tidak lantas membuat gerobak sapi kehilangan pamornya. Alat transportasi tradisional ini masih cukup banyak ditemui di jalanan di sekitar Prambanan. “Saya masih suka menaiki gerobak sapi ini untuk sekadar jalan-jalan sepekan sekali. Tidak perlu jauh-jauh, cukup mengitari desa sejauh sekitar 2 km supaya sapi menjadi sehat,” ujar Pramono. Begitu sayangnya pada gerobak ini, Pramono tidak ingin menjual sapi miliknya. Sapi jenis brahman dengan berat lebih dari satu ton miliknya sebenarnya sudah ditawar Rp40 juta. Akan tetapi, kesukaannya pada gerobak sapi saat ini belum mampu terbeli oleh uang. “Alasan saya masih sayang saja pada gerobak sapi ini,” katanya. Gerobak sapi milik Pramono merupakan satu dari 60 gerobak sapi yang ikut kontes di kompleks Barak Pengungsian Desa Kebondalem Lor, Prambanan, Sabtu pagi. Kegiatan ini diisi dengan pawai gerobak sapi yang jarang ditemui. Secara berurutan, gerobak-gerobak sapi itu berjalan sepanjang sekitar 2 km. Jalur yang dipilih sengaja melintasi kompleks Candi Plaosan yang berada di Desa Bugisan. Saat deretan gerobak sapi berjalan dengan latar belakang bangunan Candi Plaosan menjadi momentum istimewa yang banyak diabadikan warga melalui kamera. “Kegiatan ini digelar untuk menandai diresmikannya Paguyuban Gerobak Sapi Langgeng Sehati,” ujar Kepala Desa Kebondalem Lor, Didik Purwadi, saat ditemui wartawan di lokasi. 

Sumber : http://www.karanganyarpos.com/2013/nostalgia-bersama-gerobak-sapi-di-prambanan-384298

0 komentar :

Posting Komentar

 

Kumpul Blogger

Klaten Online

Pengikut